Minggu, 19 Juli 2015

The Cheese Stories Part 1



Tak ada yang tahu, bagaimana proses sebuah rasa benci bisa berubah menjadi kagum. 


Malam itu, rasanya seperti asing. Sudah berapa lama tak bertemu? Dua tahun? Empat tahun? Atau.... ah sudahlah, rasanya waktu sudah terlalu lama tidak mempertemukan aku dengan pria yang dahulu hanya ku kenal sebagai sosok pria kecil yang menyebalkan, entah sejak kapan sosok nya berubah menjadi pria bertubuh tinggi yang tampan dan menyenangkan. Bahkan, jauh lebih menyenangkan dirinya yang sekarang, dibanding beberapa tahun silam. Ohiya, perkenalkan. Aku Sheya, mahasiswi yang jatuh cinta pada dunia sastra, sayangnya justru tercemplung masuk dalam jurusan seni. Tak apalah, karena lewat seni lah aku justru bertemu dengan- Nya. Pertemuan yang tak pernah ku duga sebelumnya, justru mengantarkan ku  menjadi dekat dan bahkan lebih dekat dengannya. Aku justru merasakan sesuatu yang berbeda mengaliri aliran darah ku, entahlah aroma parfum khas jeruknya terus terusan menyeruak, seolah seperti memaksa ku untuk mengingatnya. Baskara Alfio, pria yang biasa disapa dengan panggilan Fio, kini telah berubah menjadi sosok pria dewasa yang tampan, dengan postur tubuh yang tinggi dan bentuk badan yang cukup atletis (tapi tidak berlebihan), dan sudah pasti dua lesum di kedua pipinya yang dapat menyita banyak perhatian khususnya para wanita. Entah sejak kapan, sosoknya benar benar membuat ku terkejut.
                                                *****
Jika banyak orang yang mengatakan, bukan kah tak ada salahnya jika wanita terlebih dahulu menyatakan perasaannya kepada pria? Itung-itung sebagai salah satu bentuk emansipasi wanita. Sialnya, kalimat seperti itu tak berlaku pada ku. Gengsi ku yang terlalu besar dan rasa malu ku mengalahkan perasaan suka ku pada nya. Sepertinya, memang Tuhan mentakdirkan ku hanya menjadi secret admirernya, tak lebih. Sekalipun aku bisa merasa lebih dekat dengannya, itupun karena Fio yang menghubungi ku duluan, dan membicarakan banyak tentang segala hal yang berhubungan dengan seni ataupun sastra. Pembicaraan itu juga berlangsung sudah sekitar dua tahun lalu kalo tidak salah. Sejak saat itu, sampai sekarang aku sendiri justru tak pernah tahu bagaimana kabarnya. Kesibukan ku memaksa ku untuk lupa akan dirinya, mungkin memang lebih baik seperti itu.
                                                            ****
Malam ini aku sibuk melihat beberapa barang antik di sebuah pameran di salah satu mall di daerah Jakarta. Keadaan yang sangat ramai, membuat ku  tak begitu memerhatikan keadaan di sekelilingku dengan baik, tak begitu memerhatikan orang-orang yang lalu lalang di hadapan ku dengan seksama. 

“Shey?” aku menolehkan pandangan ku pada sumber suara yag memanggil ku. 

“ Ha... hay” kataku dengan gugup,dengan sebuah seyum yang kurasa sedikit memaksa. Jelas saja, semua rasa bercampur jadi satu. Kaget, senang, rindu, semua terkumpul. 

“ sendiri? Atau sama...”

“ Selalu sendiri hehehe “ 
 Kerumunan orang yang begitu ramai, membuat Fio menarik tubuh ku untuk keluar dari tempat itu. menggandeng tangan ku, seolah  mengisaratkan ku untuk mengikuti langkah kakinya.dan malam ini, rasanya aku seperti merasakan sesuatu yang hilang sudah kembali. Seperti rasa sesak yang tak bisa ku jelaskan, beruntungnya sesak ku bisa terobati dengan kehadiran nya. Sepertinya Fio memang memberikan udara segar terendiri untuk ku.

Untuk ku yang sudah terlalu lama menahan rindu, tersimpan di bagian terdalam hatiku. Kini, rindu itu bisa menguap dengan mudah seiring kehadirannya saat ini. dan untuk mu pria kecil yang menyebalkan dahulu, telah berubah menjadi sosok pria yang diam-diam mampu mengambil sebagian isi kepala ku, untuk mengingatnya. Tentang sebuah keju yang menjadi hal favoritmu, semoga saja, Aku juga menjadi bagian yang akan membuat mu memfavoritkan diriku. –Sheya Ananda


Tidak ada komentar: