Selasa, 11 Februari 2014

Sujud mu

aku menarik nafas ku dalam dalam, seraya menghirup udara segar. rasanya kepala ku berat. ada banyak tumpukan persoalan yang seolah olah berdesakan dalam isi kepala . mulai dari memori penting sampai semua hal yang tak penting tertanam dengan baik dalam isi kepala ku.

" i, kangen bokap" aku membaca pesan singkat yang dikirimkan oleh salah satu teman ku. aku biasa dipanggil dengan panggilan " i " singkat sekali kan namaku. tak heran, kalau tiba tiba teman ku yang satu ini juga memanggil ku dengan panggilan tersebut. aku membiarkan pesan singkat itu begitu saja, tanpa membalasnya.

**
" lo tau gimana rasanya kehilangan dua orang ayah berturut turut ?" aku menoleh kepada pria ini. menggelengkan kepala sebagai tanda dari sebuah jawaban. " tidak " kataku dengan ragu. dia menarik nafasnya dalam dalam lalu menghembuskan nya dengan... tenang " rasanya seperti ada benda tajam yang tertancap dengan kuat sampai ke ulu hati. SAKIT " aku menatapnya dengan lekat dari samping. yaTuhan ada butiran airmata yang menetes jatuh ke pipinya. namanya Bana. iya Bana. pria ini hebat. hebat dalam menyembunyikan segala hal yang terjadi dalam hidupnya. entah memang kuat atau berpura pura untuk kuat. entahlah. aku mencoba menebak nebak tentangnya, tapi sialnya. sorot matanya selalu berhasil berpaling dariku. " i. gue kangen bokap .kangen. ketika ngeliat orang lain bisa dengan beruntungnya masih bisa mencium tangan ayahnya. dan gue? ada banyak doa yang terselip buat bokap dalam setiap sujud " katanya dengan tegar sembari menyerka butiran airmata yang mentes dipipinya. " sampai kapan lo bisa mendem rasa kangen lo sama bokap ?" kataku dengan nada yang sedikit gentar. aku menantangnya. sengaja mengajukan pertanyaan ini. hebat sekali dia. dengan mudahnya menyembunyikan hal ini, sedangkan dia sendiri tak pernah berusaha mengungkapkan rasa rindunya. " lo gila. kalau bokap masih hidup gue juga ngga akan ragu buat bilang kalau gue sayang beliau. Bokap udah ngga ada i "  nadanya meninggi, sorot matanya berubah jadi lebih arogan
" lo yang tolol. berfikir lebih realistis sedikit. rasa kangen lo itu pertanda bokap juga kangen lo ngedoain dan  mengirimkan doa buat beliau disana. buat rasa kangen lo tersampaikan lewat setiap sujud dalam ibadah dan ayat ayat al qur'an yang mengalun melalui diri lo " aku menghela nafasku. menyerah. Bana sudah terlalu dewasa untuk masalah semacam ini. 
***

aku melangkah kan kaki ku gontai memasuki rumah Bana. pria ini sudah seperti keluarga sendiri untuk ku. tak heran kalau aku bisa dengan mudahnya keluar masuk rumahnya. aku menghentikkan langkah ku. ketika menyadari pria ini sedang khusyuk sholat berjama'ah bersama Ibu dan seorang adik perempuannya. 
" kadang kita perlu belajar, buat jadi pribadi yang ikhlas ketika kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidup. semua orang punya rasa ikhlas, tapi ngga semua punya niat yang kuat "

kalian perlu belajar menghargai tiap detik yang terjadi pada diri kalian. belajarlah untuk mengungkapkan apa yang kalian rasakan pada orang orang tercinta. Percayalah.lebih menyakitkan kehilangan seorang salah satu dari orangtuamu dibandingkan kehilangan seorang..... pacar.
thank your for @Alsbana .



Tidak ada komentar: